Faktor-faktor Interaksi Sosial dalam Dinamika Interaksi Manusia

faktor interaksi sosial

Interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Meskipun terkadang tampak sederhana, namun dibalik itu, terdapat proses yang kompleks yang menjadi landasan dari interaksi tersebut. Faktor-faktor dalam interaksi sosial yaitu Faktor Imitasi, Faktor Sugesti, Fakor Identifikasi, dan Faktor Simpati.

1. Faktor Imitasi dalam Interaksi Sosial

Gabriel Tarde, seorang sosiolog, memandang bahwa imitasi memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial. Namun, sebelum membahas lebih lanjut, perlu dipahami bahwa imitasi bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi interaksi sosial, tetapi ia memiliki peran yang signifikan dalam dinamika sosial.

Gabriel Tarde mengemukakan pandangan bahwa kehidupan sosial berbasis pada imitasi. Meskipun pandangan ini terkadang dianggap terlalu sempit, namun penting untuk diakui bahwa imitasi memiliki pengaruh yang besar dalam interaksi sosial.

Pembelajaran dan Pengembangan Pribadi

Sebagai contoh yang sederhana, pertumbuhan seorang anak dan pembelajarannya dalam berkomunikasi didasarkan pada imitasi. Anak pertama-tama belajar berbicara dengan menirukan dirinya sendiri, kemudian mengimitasi kata-kata yang didengarnya dari orang lain. Proses ini juga berlaku untuk hal-hal lain, seperti tingkah laku, ekspresi, dan tindakan lainnya. Dengan demikian, imitasi menjadi fondasi penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan pribadi.

Pengaruh Terhadap Perilaku dan Kepribadian

Imitasi tidak hanya mempengaruhi kemampuan komunikasi, tetapi juga berperan dalam pembentukan perilaku dan kepribadian seseorang. Mencontoh perilaku yang baik dapat merangsang perkembangan watak yang positif. Namun, di sisi lain, jika hal-hal yang diimitasi tersebut salah atau tidak pantas, dapat menimbulkan dampak negatif dalam masyarakat. Ketika banyak orang meniru perilaku yang salah, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan kolektif yang meluas.

Pengaruh Sugesti dan Kebiasaan

Selain itu, imitasi juga dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan dan sikap mental. Terkadang, proses imitasi ini terjadi tanpa kritik yang memadai, yang kemudian dapat menghasilkan kebiasaan malas dalam berpikir kritis. Ini menciptakan suatu pola di mana orang cenderung meniru tanpa mempertimbangkan secara rasional.

2. Faktor Sugesti dalam Interaksi Sosial

Sugesti merupakan faktor penting dalam interaksi sosial, meskipun memiliki kesamaan dengan imitasi, namun terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Pada imitasi, seseorang meniru sesuatu dari luar dirinya, sedangkan pada sugesti, individu memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima oleh orang lain di sekitarnya. Dalam konteks ilmu jiwa sosial, sugesti dapat dijelaskan sebagai proses di mana individu menerima pandangan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa melakukan pertimbangan kritis terlebih dahulu.

Syarat-syarat dan Keadaan yang Memudahkan Terjadinya Sugesti

1. Sugesti karena Hambatan Berpikir

Dalam kondisi ini, seseorang cenderung menerima pandangan orang lain tanpa melakukan pertimbangan kritis terlebih dahulu. Hal ini terjadi ketika kemampuan berpikir kritis seseorang terhambat, baik karena kelelahan atau karena terpengaruh oleh rangsangan emosional. Contohnya adalah rapat-rapat massa yang seringkali diadakan pada malam hari setelah orang-orang merasa lelah dari pekerjaan, sehingga lebih mudah terjadi sugesti karena pikiran mereka sudah terkuras.

2. Sugesti karena Keadaan Pikiran Terpecah-pecah (Disosiasi)

Sugesti juga dapat terjadi ketika seseorang mengalami disosiasi dalam pikirannya, yakni ketika pemikiran seseorang terpecah-belah karena menghadapi kesulitan hidup yang kompleks. Dalam keadaan ini, seseorang cenderung menerima sugesti dari orang lain yang menawarkan solusi dari kesulitan yang dihadapi.

3. Sugesti karena Otoritas atau Prestise

Orang cenderung menerima pandangan atau sikap tertentu jika hal tersebut berasal dari orang yang dianggap memiliki otoritas atau prestise tinggi dalam bidangnya.

4. Sugesti karena Mayoritas

Seseorang lebih cenderung menerima pandangan atau ucapan yang didukung oleh mayoritas, baik dari golongan, kelompok, atau masyarakatnya.

5. Sugesti karena “Will to Believe”

Terdapat pandangan bahwa sugesti memperkuat keyakinan individu terhadap sikap atau pandangan tertentu yang sebenarnya sudah ada dalam dirinya. Dalam hal ini, individu menerima sugesti tanpa pertimbangan lebih lanjut karena kesediaannya untuk lebih sadar dan yakin terhadap hal-hal yang disugesti.

3. Faktor Identifikasi dalam Interaksi Sosial

Identifikasi merupakan konsep yang diungkapkan oleh Sigmund Freud dalam bidang psikologi, khususnya terkait dengan pembelajaran norma-norma sosial dari orang tua. Dalam konteks ini, anak belajar untuk menyadari adanya norma-norma dan peraturan-peraturan yang ada dalam kehidupan, serta mempelajarinya melalui dua cara utama.

Proses Identifikasi dalam Psikologi

  1. Pendidikan Orang Tua: Anak belajar mengenali apa yang disebut sebagai perbuatan baik dan perbuatan buruk melalui didikan yang diterima dari orang tua. Orang tua memberikan penghargaan terhadap perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang diinginkan, sementara juga memberikan hukuman terhadap perilaku yang melanggar norma-norma tersebut. Dengan demikian, anak secara bertahap memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
  2. Identifikasi dengan Orang Lain: Identifikasi dalam psikologi merujuk pada dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Anak secara tidak sadar mengambil sikap-sikap orang tua yang diidentifikasinya sebagai contoh, sehingga ia dapat memahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah laku yang berlaku. Proses identifikasi ini terjadi ketika individu masih membutuhkan pegangan dalam situasi-situasi kehidupannya yang belum terpenuhi oleh norma-norma yang dimilikinya.

Implikasi Identifikasi dalam Interaksi Sosial

  1. Pembentukan Norma dan Cita-cita: Manusia terus-menerus melakukan identifikasi terhadap orang-orang yang dianggap sebagai tokoh dalam kehidupan, untuk melengkapi sistem norma dan cita-cita yang dimilikinya. Proses ini menjadi penting terutama dalam masyarakat yang dinamis dan berubah-ubah, di mana individu perlu memperbaharui pemahaman mereka terhadap norma-norma dan sikap-sikap yang dianggap penting.
  2. Ikatan Batin yang Mendalam: Hubungan antara individu yang mengidentifikasi dengan orang yang menjadi contoh identifikasi cenderung lebih mendalam dibandingkan dengan hubungan antara individu yang saling mengimitasi tingkah laku. Identifikasi membangun ikatan batin yang kuat karena individu melakukan proses pemilihan dan evaluasi terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi dirinya dengan orang lain, meskipun hal ini terjadi di bawah taraf kesadaran.

4. Faktor Simpati dalam Interaksi Sosial

Simpati merupakan perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain, yang timbul tidak berdasarkan logika rasional, tetapi didasarkan pada penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Namun, berbeda dengan identifikasi, simpati adalah proses yang disadari oleh individu yang merasakannya terhadap orang lain. Simpati memainkan peran yang cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih, dan dapat berkembang perlahan-lahan atau muncul dengan tiba-tiba.

Perbedaan Antara Identifikasi dan Simpati

  1. Identifikasi: Dalam identifikasi, individu menghormati dan menganggap tinggi orang lain, serta ingin belajar darinya karena dianggap sebagai sosok ideal. Dorongan utama dalam identifikasi adalah untuk mengikuti jejak orang lain dan mencontoh sifat-sifat yang dikagumi.
  2. Simpati: Simpati menciptakan hubungan kerja sama di mana individu ingin lebih memahami orang lain sehingga dapat berpikir dan bertindak seakan-akan mereka adalah orang lain itu sendiri. Dorongan utama dalam simpati adalah untuk bekerja sama dan saling memahami.

Implikasi Simpati dalam Interaksi Sosial

  1. Hubungan Kerja Sama: Simpati menciptakan hubungan kerja sama antara individu yang setara. Melalui simpati, individu merasa terdorong untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Pertukaran Emosi: Simpati melibatkan pertukaran emosi antara individu. Ketika seseorang merasa simpati terhadap orang lain, ia secara emosional terhubung dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut.
  3. Pembentukan Hubungan Persahabatan: Simpati memainkan peran penting dalam pembentukan hubungan persahabatan yang kokoh. Ketika individu saling merasakan simpati satu sama lain, hubungan tersebut menjadi lebih dekat dan lebih bermakna.

Artikel Lentera Jurnal tentang Sosial Budaya lainnya:


Penutup

Interaksi sosial merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan manusia. Meskipun seringkali terlihat sederhana, namun dibalik setiap interaksi tersebut terdapat proses yang kompleks yang menjadi landasan dari dinamika sosial yang berlangsung. Faktor-faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati memainkan peran penting dalam membentuk pola interaksi sosial yang beragam dan kompleks.

Faktor Imitasi, seperti yang dipandang oleh Gabriel Tarde, memberikan dasar bagi pembelajaran dan pengembangan pribadi. Melalui imitasi, individu belajar berkomunikasi, membentuk perilaku, dan mengembangkan kepribadian. Namun, perlu diingat bahwa imitasi juga dapat membawa dampak negatif jika perilaku yang diimitasi tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Sugesti, dengan berbagai syarat dan keadaan yang memudahkannya terjadi, memengaruhi individu untuk menerima pandangan atau sikap dari orang lain tanpa melakukan pertimbangan kritis terlebih dahulu. Hal ini menciptakan sebuah dinamika di mana individu rentan terhadap pengaruh luar yang mungkin tidak selalu menguntungkan.

Identifikasi, yang dipahami melalui konsep Freudian, membantu individu dalam mempelajari dan menginternalisasi norma-norma sosial dari orang tua dan tokoh-tokoh lain dalam kehidupannya. Proses identifikasi ini tidak hanya berperan dalam pembentukan norma dan cita-cita individu, tetapi juga membangun ikatan batin yang kuat antara individu dengan tokoh-tokoh yang diidentifikasinya.

Simpati, sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain, memainkan peran penting dalam membentuk hubungan kerja sama dan persahabatan yang bermakna. Melalui simpati, individu saling memahami, merasakan, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

Dengan memahami dan mengakui pentingnya faktor-faktor interaksi sosial ini, kita dapat lebih memahami dinamika kompleks dalam hubungan antarmanusia, serta memperkuat interaksi sosial yang positif dan bermakna dalam masyarakat.

Anda telah membaca artikel jurnal online tentang "Faktor-faktor Interaksi Sosial dalam Dinamika Interaksi Manusia" yang telah dipublikasikan oleh Lentera Jurnal. Semoga bermanfaat serta menambah informasi dan pengetahuan. Terima kasih.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *